Text
Tuhan Tidak Perlu Dibela
“Bila engkau menganggap Allah itu ada hanya karena engkau yang merumuskannya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir. Allah tidak perlu disesali kalau Dia menyulitkan kita. Juga tidak perlu dibela kalau orang menyerang hakikat-Nya” – Al-Hujwiri
Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela, mengungkapkan tentang pengetahuan, pemikiran, dan gerakan oleh sejumlah komunitas muslim yang pada saat itu lebih menunjukkan sikap sektarianisme (bentuk diskriminasi atau kebencian yang muncul akibat perbedaan di antara suatu kelompok, seperti perbedaan denominasi agama atau fraksi politik). Dirangkum dalam artikel-artikel yang termuat dalam tiga bab Gus Dur dengan jelas mengedepankan semangat kemanusiaan, kebersamaan, keadilan, dan demokratisasi dalam menyikapi persoalan di Indonesia.
Indonesia yang memiliki banyak perbedaan baik dalam hal budaya, agama, maupun tradisi adalah sebuah anugerah sekaligus tantangan. Oleh karena itu konsep beragama pun juga tetap harus mengedepankan rasa toleransi antar umat beragama. Dengan sikapnya yang arif, Gus Dur mengajak pembaca untuk tidak saling merendahkan agama lain. Hal ini tercermin dalam artikel dengan judul Tuhan Tidak Perlu Dibela bahwa “Allah adalah zat yang Maha Besar”. Artinya seperti apapun penilaian manusia atas Allah, sama sekali tidak akan mempengaruhi kebesaran dan keagunganNya di semesta alam ini.
Selain itu, buku ini juga menghadirkan tulisan Gus Dur terkait persoalan beragama yang masih saja diperdebatkan oleh masyarakat beragama di Indonesia. Sampai saat ini, persoalan Fatwa Natal masih menjadi pembicaraan di tengah masyarakat. Setiap menjelang Natal di bulan Desember, isu ini terus diangkat sampai membuat sejumlah keresahan.
R329701 | 813 ABD t | Kampus 1 (RAK REFERENSI) | Tersedia - Dipinjamkan hanya 1 malam |
329702 | 813 ABD t | Kampus 1 (Blok 5) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain